Kenapa seorang pemain sepak bola muda seperti Kylian Mbappé bisa begitu terpesona dengan klub besar, namun tetap menghargai pengalaman bermain bersama legenda seperti Lionel Messi? Pertanyaan ini memanggil kita menelusuri konsep psikologis yang sering muncul dalam buku-buku tentang motivasi dan pengambilan keputusan.
Konsep Utama
Dalam psikologi, ada dua otak yang sering dibandingkan: otak cepat (impulsif) dan otak lambat (logis). Ketika Mbappé menilai klub, otak cepatnya tertarik pada glamor Real Madrid—logo, sejarah, dan potensi karier—sementara otak lambatnya menimbang kenyamanan, peluang bermain, dan nilai tambah pengalaman. Fenomena ini dikenal sebagai “paradoks pilihan”: kita cenderung memilih opsi yang paling menarik secara emosional, meski rasionalnya mungkin lebih menguntungkan opsi lain.
Penjelasan Ringan
Bayangkan kamu memilih antara dua makanan: pizza favoritmu (impulsif) dan salad sehat (logis). Meskipun salad lebih baik untuk tubuh, pizza lebih memuaskan rasa. Mbappé berada di posisi yang sama: Real Madrid menawarkan “pizza” karier, sementara bermain bersama Messi memberi “salad” pengalaman berharga. Ia memilih kedua‑dua, karena keduanya memberikan nilai, tetapi ia tetap bersyukur atas kesempatan berkolaborasi dengan Messi.
Contoh Kasus
Pada 2023, Mbappé mengunjungi Barcelona, tempat Messi memulai kariernya. Saat berbincang, Mbappé mengakui betapa berartinya belajar dari Messi, yang telah menunjukkan cara bermain yang tak terhitung. Meskipun Mbappé kini lebih memilih Madrid, ia tetap menghargai masa kecilnya yang dipenuhi dengan keajaiban Messi. Ini mirip dengan konsep “learning from the greats” yang sering dibahas dalam buku “Mindset” karya Carol Dweck—kita tumbuh lebih baik ketika meniru yang terbaik.
Relevansi Kontekstual
Di dunia sepak bola, klub-klub besar bukan sekadar tempat bermain; mereka adalah platform global. Namun, hubungan pribadi dengan rekan satu tim, seperti Messi, dapat memperkaya karier lebih dari sekadar statistik. Ini juga menunjukkan bahwa dalam bisnis, kita tidak hanya memilih perusahaan besar, tapi juga orang-orang yang dapat menginspirasi kita. catur188 sering menyoroti pentingnya networking dalam mencapai tujuan karier.
Refleksi & Aplikasi
Redaksi percaya, pemahaman seperti ini seharusnya tidak hanya milik akademisi. Bagi kamu yang sedang memutuskan jurusan kuliah atau posisi kerja, cobalah menyeimbangkan antara “pizza” dan “salad”. Pertimbangkan apa yang membuatmu bersemangat dan apa yang memberi nilai jangka panjang. Jika kamu memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan besar, tetaplah membuka kesempatan belajar dari mentor yang sudah berpengalaman. catur188 juga menekankan pentingnya belajar dari contoh nyata, seperti Mbappé yang menyeimbangkan ambisi karier dengan rasa syukur atas pengalaman bersama Messi.
Praktik sederhana: setiap kali kamu membuat keputusan, tanyakan pada dirimu dua pertanyaan—apa yang membuatmu merasa hidup (impulsif) dan apa yang akan menambah nilai jangka panjang (logis)? Dengan cara ini, kamu akan lebih sadar akan keseimbangan antara ambisi dan rasa syukur, mirip dengan Mbappé yang mencintai Madrid namun tetap menghargai setiap pelajaran berharga bersama Messi.
 
			 
			 
			